Sesungguhnya perjalanan dakwah adalah perjalanan jauh dan berat. Dalam konteks ayat ini ia berbicara tentang sebuah kesiapan untuk berperang menghadapi kemuysrikan, seperti halnya juga dakwah yang kita perjuangkan tak akan pernah berhenti berbenturan dengan kemungkaran. Perjuangan yang jauh dan berat ini tak banyak orang kuat dan sanggup melaluinya. Kalaupun sekiranya perjalanan ini dekat, ringan dan nyaman tentulah banyak yang akan ikut bergabung di dalamnya.

Perjalanan dakwah bukanlah perjalanan yang dikililingi kebun bunga ataupun perjalanan ke tempat wisata. Tabiat jiwa manusia yang selalu ingin beristirahat, tak ingin lelah akan sangat bertentangan dengan karakteristik dakwah yang tak mengenal rehat.

Imam Syahid Hasan Al-Banna pernah mengingatkan: "Apakah kalian rela berjaga agar orang bisa orang lain bisa tidur? Apakah kalian rela lelah agar orang lain bisa beristirahat? Apakah kalian rela mati agar orang lain hidup?

Allah SWT berfirman:

لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42)

Mentadaburi satu ayat kadangkala tidak bisa dipisahkan dengan ayat sebelum atau sesudahnya. Setelah membaca dan mentadaburi hubungan ayat-ayat itu baru kita akan dapat mengambil mutiara hikmah dari beberapa ayat tersebut. Ayat ke-42 dari Surat at-Taubah yang saat ini kita tadaburi memberi teguran halus buat kita para dai yang bergelut dalam aktifitas dakwah. Kita diingatkan akan sebuah keikhlasan dan kejujuran dalam bergerak bersamanya. Ia membutuhkan sebuah tenaga besar untuk kuat melangkah bersama dakwah. Ia adalah sebuah keikhlasan yang tidak diragukan lagi, juga sebuah kejujuran yang melahirkan sebuah sikap tadhiyah (pengorbanan).

Kejujuran dalam turut andil menyebar nilai kebenaran adalah sangat dituntut dari diri seorang dai, jujur dengan dakwah bahwa ia tidak menginginkan apa-apa selain keridhoaan Allah. Di saat ia mampu jujur dengan dakwah tak ada yang berat dalam melaluinya, seberapa pun jauh perjalanan itu. Seberapa pun susah tugas yang diembankan kepadanya, ia akan tersenyum. Karena ia akan merasa bahagia ketika dapat memberikan nilai cahaya kepada orang lain sehingga dapat mengenal dan beribadah kepada penciptannya.

Maka di dalam ayat 42 dan 43 dikatakan: “Wallahu ya’lamu innahum lakadzibun”. (Dan Allah mengetahui sesungguhnya mereka benar-benar adalah adalah pembohong)

Di dalam ayat 43 Allah berfirman : “Hatta yatabayyana lakallazdina shodaqu wa ta’lama al-kadzibin”. (Sehingga jelas bagimu (Muhammad) siapa orang-orang yang benar-benar jujur dan engkau mengetahui orang-orang yang berdusta).

Kadang dakwah memang perlu menguji para kader-kadernya dengan tugas-tugas dakwah yang berat, agar dapat diketahui loyalitas para kader terhadap dakwah. Apakah tujuan mereka bergabung di dalam barisan dakwah ini? Apakah karena ada keuntungan yang ingin diambil dari dakwah atau benar-benar karena mengharapkan keridhoaan Allah dengan sama-sama merapatkan barisan untuk kemuliaan islam?

Jujur di dalam dakwah hanyalah dapat diketahui oleh diri sang dai sendiri, memuhasabahi dirinya mesti dilakukan untuk mengetahui tentang kejujuran dan keikhlasan dirinya. Ketika ia telah merasa telah bertakwa sendiri, telah merasa banyak yang telah ia perbuat untuk dakwah, sesungguhnya Allah maha mengetahui siapa dirinya yang sesungguhnya. Jujur terhadap diri sendiri adalah keharusan. Allah berfirman dalam ayat 44: “Wallahu ‘alimun bil muttaqin” (Dan Allah maha mengetahui orang-orang yang bertakwa)

Perjalanan dakwah yang berat ini butuh kejujuran, butuh keikhlasan dalam melalui tapak-tapak perjalanan yang penuh dengan duri. Jangan pernah ada keraguan dalam melangkah. Mantapkan hati untuk istiqomah bersamanya. Kemuliaan kita adalah ketika islam mulia. Akhir perjalanan kita adalah ketika kita telah mencium aroma surga.

Wallahu a’lam bishowab.
Washolallahu ‘ala muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Oleh : Zulhamdi M. Saad, Lc
(Dapat dibaca di website IKADI: www.ikadi.org)

0 Comments:

Post a Comment