Di antara syari‘at yang diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya yang amat penting, namun tidak banyak diketahui, disadari dan dilaksanakan oleh umatnya adalah pentingnya meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat berjamaah. Barangsiapa yang melaksanakan syari‘at agama, petunjuk dan ajaran-ajarannya dalam meluruskan dan merapatkan shaf, sungguh dia telah menunjukkan ittiba‘ nya atau pengikutannya dan kecintaannya kepada Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Katakanlah: “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: Ali Imran: 31).

Rasulullah SAW bersabda :

وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى

“Shalatlah kalian sebagaimana kamu melihat aku shalat.” (HR. Bukhori)

Adapun hadits yang memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf dalam sholat berjamaah teramat banyak, hampir semua imam-imam hadist meriwayatkan hadist-hadist tersebut, antara lain hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ : خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَا تَصُفُّونَ كَمَا تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالُوا وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ يُتِمُّونَ الصَّفَّ الْأَوَّلَ ثُمَّ يَتَرَاصُّونَ فِي الصَّفِّ

Dari Jabir bin Samurah ra, Rosulullah keluar kepada kami lalu ia berkata: “Tidakkah kalian berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat di sisi Tuhan mereka?” Maka kami berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana berbarisnya malaikat di sisi Tuhan mereka?” Beliau menjawab, “Mereka menyempurnakan shaf yang pertama kemudian shaf yang berikutnya, dan mereka merapatkan barisan.” (HR Muslim, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah).

Dan dalam riwayat lafaz Imam Bukhari disebutkan pula;

عنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ « أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ »

Dari Anas bin Malik ra, Rosulullah bersabda: "Luruskan shaf kalian! Dan salah satu dari kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan kakinya pada kaki temannya.”

Hadist ini menegaskan bahwa menempelkan bahu dengan bahu, kaki dengan kaki dalam shaf adalah sunnah yang telah dikerjakan oleh para sahabat di belakang Nabi SAW. Dan inilah maksud dari menegakkan shaf dan meluruskannya.

Perintah wajibnya meluruskan dan merapatkan barisan dalam shaf sholat adalah pendapat yang benar dan kuat, sehingga wajib pula bagi imam-imam shalat serta para makmum agar memperhatikan shaf, apabila didapatkan padanya kebengkokan atau ada yang sedikit maju atau mundur, maka para imam tersebut harus memperingatkan ma'mum agar meluruskan shaf mereka.

Rosulullah SAW pun kadang-kadang berjalan di antara shaf-shaf sahabat untuk meluruskannya dengan tangannya yang mulia dari shaf yang pertama sampai terakhir. Ketika manusia semakin banyak di masa khilafah Umar bin Khaththab, Umar pun memerintahkan seseorang untuk meluruskan shaf apabila telah dikumandangkan iqamah. Apabila orang yang ditugaskan tersebut telah datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus" maka Khalifah Umar pun bertakbir untuk memulai shalat berjamaah.
Demikian juga hal ini dilakukan oleh Utsman bin Affan ketika menjadi khalifah, beliau menugaskan seseorang untuk meluruskan shaf-shaf kaum muslimin, maka apabila orang tersebut datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus", beliaupun bertakbir untuk memulai shalat.

Semuanya ini menunjukkan atas perhatian yang tinggi dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Khulafa`ur Rasyidin dalam masalah meluruskan shaf. Akan tetapi, sungguh amat disayangkan, sekarang kita banyak mendapati para makmum belum memahami akan pentingnya lurus dan rapatnya shaf di dalam sholat berjamaah, bahkan ada yang sampai tidak mempedulikan masalah meluruskan shaf, enggan mengisi shaf yang kosong di depannya. Sering kita saksikan yang satu agak maju ke depan, yang satu lagi agak mundur ke belakang, tidak peduli akan lurusnya shaf dalam sholat tersebut, tetapi mereka lebih mengikuti ukuran sejadahnya masing, bukan merapatkan bahu dan kaki mereka masing-masing sebagaimana yang dilakukan para sabhabat rodhiyaaLLAHU 'anhum.

Seorang ulama ahli hadist Syaikh Al-Albani mengomentari hadits Anas dan Nu‘man yang telah disebutkan di atas dalam kitab Akhto'ul Mushollin seprti kata beliau: “Dalam dua hadits ini mengandung beberapa faedah yang penting;

Pertama, wajibnya menegakkan shaf dan meluruskannya serta merapatkannya, karena diperintahkan yang demikian itu. Disini dikuatkan akan kewajibannya, yaitu sabda Nabi SAW, “atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian.” Sesungguhnya ancaman semacam ini tidak dikatakan di dalam suatu urusan yang tidak diwajibkan.

Kedua, bahwasanya meluruskan shaf, sebagaimana yang tersebut dalam hadits itu adalah dengan menempelkan bahu dengan bahu dan kaki dengan kaki, karena inilah yang dilakukan oleh para sahabat ketika diperintahkan untuk menegakkan shaf.” (Dalam kitab Akhtha‘ al-mushallin (Kesalahan orang-orang yang sholat) halaman: 208-209).

Dalam shalat berjamaah, kerapatan shaf merupakan salah satu syarat diterimanya shalat. Umat muslim adalah umat yang satu dan harus tunduk dengan setiap perintah imam. Tak ada lagi perbedaan pejabat dan rakyat biasa, orang kaya dan miskin. Semua menjadi sama di hadapan Allah. Shaf yang rapat juga mencerminkan eratnya hubungan orang muslim, sehingga tidak mudah dipecah belah. Jadi siapapun yang shalat di sebelah kita, kita harus merapatkan shaf dengannya. Shaf yang tidak rapat berarti menyediakan tempat untuk setan yang akan selalu mengganggu kita. Bahkan shaf yang rapi, akan membantu sholat menjadi khusyu'. Kalau saat kita menghadap Allah saja masih tidak dapat bersatu dan bersama dengan yang lain, bagaimana umat islam dapat hidup rukun dalam kehidupan sehari-hari?”

oleh: Zulhamdi, Lc

(Selengkapnya dapat dibaca di website IKADI; www.ikadi.or.id)

0 Comments:

Post a Comment