"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa" (QS. Al-Furqon: 74)
Anak-anak sudah mulai masuk sekolah, keceriaan anak-anak juga membuat senyuman bagi orang tua. Ketika menyekolahkan anak-anak mereka, tentu orang tua punya harapan agar anaknya kelak menjadi orang yang baik, berguna bagi agama dan bangsa, menjadi penyejuk mata. Mereka tumbuh berkembang dengan ajaran agama yang baik dan bekal pendidikan yang cukup untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dari mereka saat ini.
Harapan itu kadang sungguh besar, sehingga orang tua rela berkorban apa aja untuk anak yang ia sayangi, kebutuhan pendidikan anak dipenuhi. Doa terus dilantunkan, “Ya Allah, jadikan anak-anakku anak sholeh dan sholihah yang berguna bagi bagi bangsa dan agamamu”. Atau seperti doa Nabi Ibrahim, “Ya Allah jadikanlah aku dan keturunanku orang-orang yang mendirikan sholat, Ya Allah kabulkanlah doaku”. (QS. Ibrahim: 40) Atau seperti doa Nabi Zakariyah, “ Ya Allah anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”. (QS. Maryam: 5-6)
Lantunan doa dari orang tua mempunyai pengaruh yang besar bagi kebaikan seorang anak, karena itulah Rosulullah telah memberi tuntunan bagi seorang suami yang ingin mendatangi istrinya untuk berdoa, agar keturunan yang Allah anugrahkan nanti terjauh dari dari keburukan yang disebabkan oleh setan. Nabi-nabi terdahulupun berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang dapat meneruskan ketaatan, menjadi hamba yang mendirikan sholat dan mempunyai keturunan yang diridhoi Allah.
Dalam ayat di atas, salah satu dari sifat hamba Allah yang mendapat gelar Ibadurrahman adalah mereka selalu berdoa agar dianugrahkan istri dan keturunan yang menjadi penyejuk hati, dan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Ibnu Abbas mengatakan: “Maksud ayat itu adalah mereka meminta kepada Alah agar diberi keturunan yang mentaati Allah, sehingga menjadi sejuklah mata mereka karena ketaatan itu.”
Kemudian dengan lebih gamlang lagi Imam Ar-Rozi dalam tafsirnya menjelaskan: “Sesungguhnya tidak diragukan lagi bahwa maksud ayat ini adalah penyejuk mata dalam urusan agama, bukan dalam urusan dunia sama sekali, berupa harta dan kecantikan. Ini dari dua segi. Pertama: Mereka meminta istri dan anak yang sholeh di dunia, lalu mereka bersama-sama berpegang teguh dalam ketaatan itu sehingga mereka sampai di surga, lalu bertambah bahagialah mereka. Kedua: Mereka memohon untuk bertemu dengan istri dan anak keturunan mereka di surga, dan mereka bahagia di sana.”
Betapa banyak orang tua yang kecewa dan menyesal lantaran anaknya yang sukses dengan kekayaan duniawi yang melimpah, namun jauh dari ajaran-ajaran agama. Yang selama ini ia didik hanya untuk sukses dalam mengejar prestasi dunia, dan lupa mengajarkan anak-anaknya untuk membaca Al-Quran, sholat dan ajaran agama yang lainnya. Tatkala menjelang wafat, anaknya tak mampu mensholatkan dan berdoa untuknya. Allah berfirman:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46)
Dalam mendoakan anak, orang tua harus mewaspadai untuk tidak mendoakan keburukan bagi anak, apapun kondisinya, karena hal itu akanberbuah keburukan bagi si anak. Rosulullah bersabda:
لا تدعوا على أنفسكم ولا تدعوا على أموالكم ولا تدعوا على أولادكم ، لا توافقوا من الله ساعة يسأل فيها عطاء فيستجيب
“Janganlah kalian mendoakan keburukan bagi diri kalian, janganlah kalian mendoakan keburukan bagi anak kalian, tidaklah pada saat yang bertepatan dengan pemberian Allah maka doa itu akan dikabulkan.” (HR. Muslim)
Boleh jadi bertambahnya kedurhakaan anak karena doa dari orang tua. Suatu ketika datang seseorang kepada Abdullah bin Mubarok yang mengadukan kedurhakaan anaknya, kemudian Imam Ibnu Mubarok bertanya kepadanya: ”Apakah engkau pernah mendoakan keburukan padanya?” Orang itu menjawab: “Ya, aku pernah hilap mendoakan keburukan baginya.” Lalu Imam Ibnu Mubarok berkata: “Pergilah, sesungguhnya engkau telah merusaknya.”
Jawaban Imam Ibnu Mubarok ini menunjukkan kedalaman ilmunya, karena sesungguhnya doa keburukan bagi anak tidaklah membuahkan kecuali hanya akan menambah pembangkangan, kerusakan dan kedurhakaan. Orang yang pertama merasakan akibat kedurhakaan ini adalah mereka yang tergesa-gesa mendoakan keburukan bagi anaknya. Semoga Allah menjadikan anak keturunan kita penyejuk hati kita di dunia dan di akhirat. Wallahu a’lam bisshowab.
Oleh Zulhamdi M. Saad, Lc