“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqoroh: 197)
Setiap perjalanan membutuhkan persiapan dan bekal, agar perjalanan yang ditempuh mendapat kenyamanan dan terhindar dari kesukaran yang mungkin terjadi di dalam perjalanan. Dalam konteks ayat di atas, ia berbicara tentang persiapan perjalanan menuju tanah suci Makkah Al-Mukarromah untuk melaksanakan haji, karena memang perjalanan ibadah haji adalah perjalanan yang berat, apalagi pada masa-masa wahyu masih diturunkan sangat berbeda dengan saat sekarang yang telah dilengkapi dengan hotel berbintang dan tenda-tenda anti bakar di mina, namun bagaimanapun seseorang harus tetap mempersiapkan bekal untuk melaksanakan perjalanan suci tersebut.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, "Orang-orang Yaman yang pergi melaksanakan ibadah haji mereka pergi ke Makkah tanpa membawa bekal, dan mereka mengatakan, “Kami bertawakal kepada Allah” lalu Allah menurunkan ayat ini yang menyuruh untuk membawa perbekalan dalam beribadah haji.” Penyertaan “Taqwa” adalah sebaik-baiknya bekal ini menunjukkan bahwa dalam perjalanan menuju Allah bekal terbaik adalah bekal takwa.
Firman Allah SWT di atas juga memiliki makna tersirat, bahwa manusia memiliki dua bentuk perjalanan, yaitu perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia. Perjalanan di dunia memerlukan bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kendaraaan dan sebagainya. Sementara perjalanan dari dunia juga memerlukan bekal. Bekal perjalanan dari dunia itu adalah mengenal Allah, mencintai-Nya, menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Seluruh perbekalan itu terhimpun dalam kata taqwa.
Perbekalan kedua, yaitu perbekalan perjalanan dari dunia menuju akhirat, lebih penting dari perbekalan dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di dunia, karena beberapa hal. Dalam Tafsir Ar-Raazi, disebutkan lima perbandingan antara keduanya:
1. Perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang belum tentu terjadi. Tapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang pasti terjadi.
2. Perbekalan dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari kesulitan sementara, tetapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari kesulitan yang tiada habisnya.
3. Perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan dan pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan membuat kita terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.
4. Perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima dan semakin lebih dekat dengan tujuan.
5. Perbekalan dalam perjalanan di dunia akan mengantarkan kita pada kepuasan syahwat dan hawa nafsu. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia akan semakin membawa kita pada kesucian dan kemuliaan karena itulah sebaik-baik bekal. (Tafsir Ar-Raazi 5/168)
Sesungguhnya perjalanan ini masih jauh, dan masih banyak bekal yang perlu disiapkan. Semua kita pasti tahu bekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita anggap bekalan itu masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya besok ternyata kita harus segera menempuh perjalanan menuju abadi itu, perjalanan yang tak akan pernah kembali. Wallahu a’lam bisshowab.
Oleh: Zulhamdi M. Saad, Lc
Labels: Quran