Marilah kita mantapkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Taqwa dalam banyak definisi berarti melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan niatan Lillahi Ta'alaa hanya karena Allah semata. Taqwa adalah menjaga diri dari apa saja yang mengandung hukuman Allah. Juga bermakna menghindari segala sesuatu yang dapat menjauhkan diri kita dari Allah sang pencipta.
Patutlah kita syukuri bahwa kita semua telah melewati bulan suci Ramadhan, bulan mulia yang penuh berkah, maghfiroh dan rahmat, dalam arti kita telah lulus dari ujian yang kemarin dengan ikhlas menjalankan perintah Allah dengan berpuasa dan memperbanyak ibadah semata-mata karena Allah. Kita patut pulalah bergembira, karena di samping telah berhasil menabung pahala, dosa-dosa kitapun yang telah lewat insya Allah diampuni oleh Allah SWT. sebagaimana hal ini dijamin oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :
من صـــام رمضــان ايمــانا واحتســابا غفـر له ماتقدّم من ذنــبه
Artinya : "Barang siapa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan semata-mata karena Allah dan mengharap ganjaran dari pada-Nya, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat."
Lalu pertanyaan yang kemudian muncul adalah : Bagaimana kita menyikapi hari demi hari kita, setelah kita kembali kepada fitrah dan kesucian ..?
Ramadhan sebagai titik tolak kembali kepada fitrah sejati. Bahwa dari Ramadhan kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan. Dalam surat An-Nahl 92, Allah berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali”.
Ini sebuah pelajaran yang sangat mahal. Allah merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi hingga sore hari ia memintal benang, ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Perhatikan! Allah melarang agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali. Bahwa perbuatan sia-sia adalah kerugian yang nyata. Karena itu Nabi saw. selalu mengingatkan agar kita selalu istiqamah.
Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Nabi SAW bersabda: "Qul aamantu billahi tsummastaqim (katakan aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah/konsistenlah)
Dari amalan Ramadhan setidaknya ada 4 pelajaran penting yang harus dipertahankan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi beriman, sehingga menjadi pribadi yang bersih, pribadi yang menjaga diri dan keluarganya dari api neraka sehingga dengannya pula kelak akan lahir masyarakat yang bersih pula.
Kaum Muslimin yang dimuliakan oleh Allah
Pelajaran Pertama yang dapat kita ambil dari nilai-nilai ramadhan adalah: Menjauhi Harta Haram. Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk mengambil yang haram.
Marilah kita perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Maidah ayat ke-100 :
قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(المائدة100)
Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa harta haram itu sebagai al khabits atau kotoran yang menjijikan. Artinya seandainya harta haram itu Allah perlihatkan berupa kotoran niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karena yang khobist itu tidak akan pernah sama dengan yang halal dan baik sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Karena yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah lalu perintahkan agar bertaqwa: fattaqullah yaa ulil albaab. Artinya bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan sampai kepada level taqwa. Bila masing-masing pribadi bertaqwa, otomatis rumah tangga akan bersih dari harta haram. Bila rumah tangga bersih dari harta haram, secara otomatis pula masyarakat akan bersih dan lebih dari itu Allah akan melimpahkan keberkahan-Nya.
Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(الأعراف96)
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. " (QS. Al A’raf: 96)
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Yang Kedua, Mengendalikan Nafsu dari Maksiat (Al isti’la’ ‘alal hawa).
Selama Ramadhan kita telah berhasil mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan bahwa nafsu sebenarnya sangat lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan oleh nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya.
Ia tidak boleh makan apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia juga tidak boleh berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kita dapat menyaksikan di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka, mereka menyebar makanan dan minuman haram, bahkan hal itu dianggap biasa. Bukan hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat yang rapuh. Dalam Al Qur’an Allah selalu menceritakan hancurnya kaum-kaum terdahulu adalah karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya. Mereka tidak menggunakan akal yang telah Allah karuniakan kepada mereka . Al Quran menggambarkan:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (الأعراف179)
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf: 179)
Dalam surat An Nazi’at ayat 40-41, Allah swt. menegaskan bahwa hanya dengan takut kepada Allah secara jujur seseorang bisa mengendalikan nafsunya, Allah berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى(40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى(41)
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)." (QS. An Nazi’at: 40-41)
Ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada dua kekuatan yang saling tarik menarik. Kekuatan nafsu dan kekuatan takut kepada Allah berupa iman. Bila takutnya kepada Allah lebih kuat, maka terkendalikanlah nafsu. Bila nafsu dikendalikan maka ia akan masuk surga. Sebaliknya bila takutnya kepada Allah lebih lemah, maka nafsu akan lebih dominan. Bila nafsu yang dominan, maka ia utamakan dunia di atas akhirat. Bahkan ia berani mengorbankan akhiratnya demi dunia. Inilah makna ayat:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(16)وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى(الأعلى17)
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal."
Kaum Muslimin Yang dimuliakan Allah
Dari pelajaran ramadhan yang ketiga adalah: Menundukkan Syetan (As saitharah ‘alasy syaithon).
Kita telah membuktikan selama Ramadhan bahwa syetan dijadikan tidak berdaya. Kita mendapati masjid-masjid penuh selama Ramadhan. Di rumah-rumah, kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara mendengung orang-orang sedang membaca Al Qur’an. Itu semua adalah bukti nyata bahwa syetan sebenarnya sangat lemah. Maka tidak pantas orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akherat ia masih mengikuti ajakan dan bisikan-bisikan syetan.
Kita wajib menundukan syetan karena beberapa sebab:
Yang Pertama : Syetan adalah musuh yang nyata. Dan ia selalu mempengaruhi seseorang supaya keluar dari jalan yang lurus, dan menuju kepada neraka, Allah befirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ(فاطر6)
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala."
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (الحجر39)
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.
Sebab Kedua : Syetan mengajak kepada permusuhan, melalui minuman khamr dan judi, bahkan syetan berusaha menghalang-halangi seseorang agar tidak berdzikir kepada Allah dan tidak melaksanakan shalat, Allah berfirman:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ(91)
"Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan sholat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu".
Ketiga : Syetan selalu menakut-nakuti dengan kemiskinanm supaya seseorang tidak berinfaq, dan selalu mempengaruhi agar seseorang berbuat keji dan zina, Allah berfirman:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (البقرة 268)
"Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
Kaum Muslimin Jamaah Sholat jumat yang berbahagia
Pelajaran selama romadhan yang terakhir yang dapat kita ambil adalah: Meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan (Al hijratu minadz dzunub).
Ramadhan adalah bulan perjuangan menjauhi dosa-dosa. Dan kita telah berhasil membuktikan selama Ramadhan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna dan menjadi ibadah kepada Allah swt. Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al Qur’an dan terjaga dari segala yang diharamkan. Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak memberikan sedekah dan seterusnya.
Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan. Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii liman sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa, di antaranya sebagai berikut:
1. Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
Artinya, seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah. Kaki terasa berat untuk melangkah ke masjid. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar menegakkan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari pada itu. Maka ia hilanglah rasa sensitive atau tidak tergetar lagi dengan keagungan Allah. Allah berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ(البقرة 74)
"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan".
2. Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu.
Artinya, bahwa seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan. Perhatikan Nabi SAW bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik”. Maksudnya bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik dan penuh nuansa kemanusiaan.
3. Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ(العنكبوت40)
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
"
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا ءَاخَرِينَ(الأنعام6)
"Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain."
Kaum Muslimin rahimakumullah..
Kesimpulannya adalah bahwa tidak mungkin individu yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Karena itu jalan satu-satunya untuk membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali kepada fitrah. Kembali bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali meramaikan masjid, mengajakan keluarga, anak-anak untuk menunaikan sholat sebagai kewajiban kita kepada Allah yang tak boleh dilalaikan, membaca dan memahami Al-Quran, mengendalikan nafsu dari dosa-dosa, menundukkan syetan, menghidupkan malam-malam dengan qiyamullail, seperti suasana selama Ramadhan.
Ramadhan telah menjadi contoh kehidupan hakiki dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah rahasia mengapa Allah SWT menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga menuju taqwa: la’allakum tattaquun? Itu tidak lain karena dari ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba Allah. Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia, menyelamatkan mereka dari kedzaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada Allah, karena itulah fitrah manusia yang hakiki.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم ، أقول قولي هذا فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم ….
Labels: Khutbah
Subhanallah..
I proud of u, Baba..