Indahnya islam memang sebuah kemuliaan yang telah Allah pilihkan. Banyak cara untuk menggapai berjuta keutamaan yang Allah siapkan. Tinggal kita yang memilih. Bahkan di bulan ramadhan yang akan segera menjelang, Allah melipat gandakan setiap kebaikan. Lalu bagaimana menggapai ampunan Allah dengan mata terpejam? Apakah di siang ramadhan kita memanfaatkannya untuk tidur karena letih qiyamullail semalaman? Tidak..!! Bahkan mulai sekarang kita bisa memulainya..

Sibuk Membangun Diri

Kemauan untuk berubah itu yang masih kurang.. Kemalasan dan tidak adanya keistiqomahan itu yang mengalahkan impian.. Azam ini ternyata masih belum kuat.. Bagaimana mungkin Allah akan merubah hidup ini, sedangkan kita enggan..?

Memperbaiki selalu diri adalah kebutuhan, karena ia seperti halnya juga kebutuhan kita akan perbaikan hidup. Agar hidup ini lebih terarah, dibangun dengan dasar yang benar dan kokoh, Syeikh Sholeh bin Abdullah bin Hamid, Imam dan Khotib Masjidil Haram meletakkan beberapa dasar untuk membangun diri agar lebih baik..

Sepulang maghrib ini begitu sepi, saat kemaren bidadari itu ku antar tuk melintasi begitu banyak ciptaan Allah yang begitu indah. Ku duduk bertelekan ranjang melantunkan ayat-ayat Ar-Rahman yang begitu indah. Surat ghofir ku awali dengan "Haa miiiim.. Tanzilul kitabi minallahil azizil 'aliim.. sampai 40 ayat kubaca sambil merenungi arti demi artinya.. begitu indah dan menyentuh qolbu.. Mari kita sempatkan membaca ayat-ayat ini sambil membaca blog agar kita juga mendapatkan pahala..

Hanya tinggal beberapa hari lagi bulan ramadhan akan menjelang. Datangnya bulan keberkahan dan ampunan memberikan harapan untuk meraih segala kebaikan yang ada di dalamnya. Inilah saatnya untuk menggapai keampunan Allah.

Bagaimanakah rumah setiap muslim mempersiapkan diri menyambut ramadhan? Ada delapan amal yang perlu kita siapkan untuk menyambut bulan mulia ini agar ramadhan kita kali ini benar-benar lebih berarti.

Seorang anak muda berusia 12 tahun akan pergi meninggalkan kota Mekah untuk menuntut ilmu di Kota Baghdad yang saat itu menjadi pusat keilmuan khilafah islam. Sebelum berangkat ia berkata kepada ibunya: "Wahai ibunda berilah aku nasehat terakhirmu!"

Kemudian ibunya berkata: "Wahai anakku berjanjilah pada ibu untuk tidak berbohong apapun kondisimu."

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra, ada seorang pemuda sholeh yang sangat takut dengan Allah. Pada suatu hari ketika pulang dari sholat isya menuju ke rumahnya, seorang wanita cantik menyapanya di jalan lalu menawarkan dirinya pada pemuda itu. Kemudian wanita itu berjalan dan diikuti oleh sang pemuda dibelakangnya sehingga sampailah mereka di depan rumah wanita tersebut.

Ketika berdiri di depan pintu sang pemuda ingat dengan sebuah ayat dalam Al-Quran:
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mendapat godaan untuk berbuat dosa dari setan merekapun segera ingat kepada Allah. Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (Al-A'rof: 201)

Ketika itu juga pemuda itutersebut tersungkur pingsan..

Melihat hal itu akhirnya wanita tersebut meminta tolong kepada tetangganya untuk mengantar sang pemuda ke rumahnya. Ketika bapak sang pemuda tadi melihat keadaan anaknya ia bertanya sebab sehingga anaknya pulang dengan keadaan tak sadarkan diri. Namun sang pemuda tetap diam membisu. Karena bapaknya terus memaksa, akhirnya ia menceritakan apa yang terjadi.

Saat pemuda itu membaca ayat yang membuat dirinya pingsan tiba-tiba tubuhnya menjadi semakin lunglai dan ruhnyapun keluar dari jasadnya, sang pemudapun meninggal dunia.

Tatkala Umar bin Khattab mengetahui kejadian itu, Umar berkata: "Biarkan aku saja yang menguburkan jenazahnya" Setelah jenazah pemuda itu dikuburkan. Umar bin Khattab berdiri di samping kuburan pemuda itu sambil berkata : "Wahai Fulan, وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ siapa yang takut kepada Tuhannya, maka ia akan mendapatkan dua surga".

Lalu Umar mendengar suara dari kuburan menjawab: "Wahai Umar sesungguhnya aku telah mendapatkan janji dari Tuhanku".

Disarikan ari majalah Al-Mujtama' edisi 8-14 Sha'ban 1429 H

Ketika manusia mencoba mengupas keagungan Al-Qur’an Al-Karim, maka ketika itu pulalah manusia harus tunduk mengakui keagungaan dan kebesaran Allah swt. Karena dalam Al-Qur’an terdapat lautan makna yang tiada batas, lautan keindahan bahasa yang tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan yang belum terpikirkan dalam jiwa manusia, dan berbagai lautan lainnya yang tidak terbayangkan oleh indra kita.

Oleh karenanya, mereka-mereka yang telah dapat berinteraksi dengan Al-Qur’an sepenuh hati, dapat merasakan ‘getaran keagungan’ yang tiada bandingannya. Mereka dapat merasakan sebuah keindahan yang tidak terhingga, yang dapat menjadikan orientasi dunia sebagai sesuatu yang teramat kecil dan sangat kecil sekali. Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi Dzilalil Qur’annya mengungkapkan, “Hidup di bawah naungan Al-Qur’am merupakan suatu kenikmatan. Kenikmatan yang tiada dapat dirasakan, kecuali hanya oleh mereka yang benar-benar telah merasakannya. Suatu kenikmatan yang mengangkat jiwa, memberikan keberkahan dan mensucikannya.”

Cukuplah menjadi bukti keindahan bahasa Al-Qur’an seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Imam Zuhri (Abu Syahbah, 1996 : I/312), “Bahwa suatu ketika Abu Jahal, Abu Lahab, dan Akhnas bin Syariq secara sembunyi-sembunyi mendatangi rumah Rasulullah saw. pada malam hari untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca Rasulullah saw. dalam shalatnya. Mereka bertiga memiliki posisi yang tersendiri, yang tidak diketahui oleh yang lainnya. Hingga ketika Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka bertiga memergoki satu sama lainnya di jalan. Mereka bertiga saling mencela dan membuat kesepakatan untuk tidak kembali mendatangi rumah Rasulullah saw.

Namun pada malam berikutnya, ternyata mereka bertiga tidak kuasa menahan gejolak jiwanya untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka bertiga mengira bahwa yang lainnya tidak akan datang ke rumah Rasulullah saw., dan mereka pun menempati posisi mereka masing-masing. Ketika Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka pun memergoki yang lainnya di jalan. Dan terjadilah saling celaan sebagaimana yang kemarin mereka ucapkan.

Kemudian pada malam berikutnya, gejolak jiwa mereka benar-benar tidak dapat dibendung lagi untuk mendengarkan Al-Qur’an, dan merekapun menempati posisi sebagaimana hari sebelumnya. Dan manakala Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka bertiga kembali memergoki yang lainnya. Akhirnya mereka bertiga membuat mu’ahadah (perjanjian) untuk sama-sama tidak kembali ke rumah Rasulullah saw. guna mendengarkan Al-Qur’an.

Masing-masing mereka mengakui keindahan Al-Qur’an, namun hawa nafsu mereka memungkiri kenabian Muhammad saw. Selain contoh di atas terdapat juga ayat yang mengungkapkan keindahan Al-Qur’an. Allah mengatakan, “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (Al-Mujadilah: 21)

Dikutip sebagian dari dakwatuna.com

Pada masyarakat Islam, persatuan dan kesatuan atau lebih sering disebut dengan ukhuwah Islamiyah merupakan sesuatu yang sangat penting dan mendasar, apalagi hal ini merupakan salah satu ukuran keimanan yang sejati. Karena itu, ketika Nabi Saw berhijrah ke Madinah, yang pertama dilakukannya adalah Al-Muakhah, yakni mempersaudarakan sahabat dari Makkah atau muhajirin dengan sahabat yang berada di Madinah atau kaum Anshar. Ini berarti, ketika seseorang atau suatu masyarakat beriman, maka seharusnya ukhuwah Islamiyah yang didasari oleh iman menjelma dalam kehidupan sehari-hari, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” [QS Al-Hujurat (49):10]

Satu hal yang harus diingat bahwa, ketika ukhuwah islamiyah hendak diperkokoh atau malah sudah kokoh, ada saja upaya orang-orang yang tidak suka terhadap persaudaraan kaum muslimin, mereka berusaha untuk merusak hubungan di antara sesama kaum muslimin dengan menyebarkan fitnah dan berbagai berita bohong.

Dalam kehidupan umat Islam, kita akui bahwa ukhuwah Islamiyah belum berwujud secara ideal, namun musuh-musuh umat ini tidak suka bila ukhuwah itu berwujud, mereka terus berusaha menghambatnya. Karena itu, setiap kali ada berita buruk, kita tidak boleh langsung mempercayainya, tapi lakukan tabayyun atau cek dan ricek terlebih dahulu kebenaran berita itu. Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya sehingga kamu akan menyesal atas perbuatanmu itu.” [QS Al-Hujurat (49): 6]

Di dalam ayat 11-12 Surat Al-Hujurat di jelaskan, ada enam hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah tetap terpelihara:

Pertama, memperolok-olokan, baik antar individu maupun antar kelompok, baik dengan kata-kata maupun dengan bahasa isyarat karena hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati, kemarahan dan permusuhan. Manakala kita tidak suka diolok-olok, maka janganlah kita memperolok-olok, apalagi belum tentu orang yang kita olok-olok itu lebih buruk dari diri kita.

Kedua, mencaci atau menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, apalagi bila kalimat penghinaan itu bukan sesuatu yang benar. Manusia yang suka menghina berarti merendahkan orang lain, dan iapun akan jatuh martabatnya.

Ketiga, memanggil orang lain dengan panggilan gelar-gelar yang tidak disukai. Kekurangan secara fisik bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk memanggil orang lain dengan keadaan fisiknya itu. Orang yang pendek tidak mesti kita panggil si pendek, orang yang badannya gemuk tidak harus kita panggil dengan si gembrot, begitulah seterusnya karena panggilan-panggilan seperti itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Memanggil orang dengan gelar sifat yang buruk juga tidak dibolehkan meskipun sifat itu memang dimilikinya, misalnya karena si A sering berbohong, maka dipanggillah ia dengan si pembohong, padahal sekarang sifatnya justru sudah jujur tapi gelar si pembohong tetap melekat pada dirinya. Karenanya jangan dipanggil seseorang dengan gelar-gelar yang buruk.

Keempat, berburuk sangka, ini merupakan sikap yang bermula dari iri hati (hasad). Akibatnya ia berburuk sangka bila seseorang mendapatkan kenimatan atau keberhasilan. Sikap seperti harus dicegah karena akan menimbulkan sikap-sikap buruk lainnya yang bisa merusak ukhuwah islamiyah.

Kelima, mencari-cari kesalahan orang lain, hal ini karena memang tidak ada perlunya bagi kita, mencari kesalahan diri sendiri lebih baik untuk kita lakukan agar kita bisa memperbaiki diri sendiri.

Keenam, bergunjing dengan membicarakan keadaan orang lain yang bila ia ketahui tentu tidak menyukainya, apalagi bila hal itu menyangkut rahasia pribadi seseorang. Manakala kita mengetahui rahasia orang lain yang ia tidak suka bila hal itu diketahui orang lain, maka menjadi amanah bagi kita untuk tidak membicarakannya.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa ketika ukhuwah islamiyah kita dambakan perwujudannya, maka segala yang bisa merusaknya harus kita hindari. Bila ukhuwah sudah terwujud, yang bisa merasakan manfaatnya bukan hanya sesama kaum muslimin, tapi juga umat manusia dan alam semesta, karena Islam merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Karenanya mewujudkan ukhuwah Islamiyah merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan ini.

disarikan dari dakwatuna.com

Dari Abdullah bin Bisyr r.a, ia berkata: "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw. Kemudian bertanya: "Sungguh ajaran islam sangat banyak diajarkan kepada kami. Perkara apakah yang apabila kami berpegang teguh kepadanya, seolah kami telah berpegang teguh kepada semua ajaran-ajaran atau syariat tersebut?" Beliau bersabda: ”Hendaknya lisanmu selalu basah untuk mengingat Allah.. ”(HR. Ahmad)

Ada beberapa kalimat zikir yang sangat mudah dilafazkan, diantaranya kalimat "Laa Ilaha Illallah". Ada beberapa hal yang tersembunyi dibalik zikir kalimah Toyyibah tersebut, diantaranya :

Pertama: zikir ini disebut sebagai sebaik-baiknya zikir, berdasarkan hadist riwayat Nasa'i, Ibnu Majjah, Ibnu Hibban, dan Hakim "Afdhaluzd dzikri La ilaha Illallaahu" yang artinya : "sebaik-baik zikir adalah La ilaha illallah".

Kemudian pada hadist yang lain disebutkan bahwa dengan zikir kalimah Toyyibah ini menyebabkan pintu langit terbuka, selagi yang membaca kalimah itu orang yang menjauhi dosa-dosa besar. Sedangkan dengan mengamalkan zikir kalimah ini, sepanjang zikir ini diamalkan secara tulus ikhlas mengharap ridho Allah SWT, justru Allah yang akan mengatur potensi manusia. Dalam hadist Qudsy tersurat : "Barang siapa disibukkan zikir kepada-Ku sehingga tidak sempat memohon dari-Ku maka Aku akan memberikan yang terbaik dari apa saja yang Ku berikan".

Artinya : hikmah dari zikir kalimah Toyyibah itu, seseorang akan diberi karunia oleh Allah SWT walau jenis karunia itu tidak dimintanya. Ini Yang disebut dengan rezeki yang tak terduga-duga.

Hikmah lain, dari membiasakan diri berzikir kalimah "La ilaha illallah", secara tidak langsung berarti merekam kalimat itu pada alam bawah sadar manusia. Seseorang dalam kondisi kritis, kalimat yang reflek muncul dari alam bawah sadarnya adalah kalimat yang paling akrab dengan lidah dan hatinya.

Maka, seseorang yang istiqomah dalam zikir kalimah "La ilaha illallah", bila saat sakaratul maut hendak menjemput, Insya Allah kalimat itu yang akan muncul dari mulutnya. Dengan demikian berlakulah janji Allah SWT bahwa seseorang yang diakhir hayatnya mengucapkan kalimat "La ilaha illallah", maka sorgalah balasannya.

Menyimak hal-hal dibalik kalimah Toyyibah ini, ada dua keuntungan yang bisa kita raih. Pertama keuntungan dunia berupa ketenangan hati akibat bias dari aktivitas zikir, juga keuntungan dunia berupa datangnya karunia yang dilimpahkan yang lebih baik dibanding hamba lain yang meminta.

Sedangkan pahala akhiratnya adalah menemui kematian dengan Khusnul Khotimah. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang memperoleh keuntungan dunia akhirat. Amin.

Dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW beliau bersabda: “Sungguh Allah mempunyai malaikat-malaikat yang mulia yang selalu berjalan mencari majlis zikir, apabila mereka mendapatkan suatu majlis yang dipergunakan untuk berzikir, maka mereka duduk di situ dan masing-masing malaikat membentangkan sayapnya, sehingga memenuhi ruangan yang berada di antara ahli zikir dan langit dunia.

Apabila ahli zikir itu telah kembali ke rumah masing-masing, maka para malaikat itu naik ke langit, dan kemudian ditanya oleh Allah SWT padahal Allah telah mengetahuinya;

“Dari mana kalian datang?” Para malaikat menjawab, “Kami baru saja mendatangi hambaMu di bumi yang membaca tasbih, takbir, tahmid dan memohon kepadaMu.”

Allah bertanya, “Apakah yang mereka minta?”

Malaikat menjawab, “Mereka minta syurga,”

Allah bertanya, “Apakah mereka pernah melihat syurga Ku?”

Para malaikat menjawab, “Belum pernah”

Allah bertanya, “Bagaimana jika mereka melihat syurga Ku?”

Para malaikat menjawab, “Mereka juga mohon diselamatkan”

Allah bertanya,”Mereka mohon diselamatkan dari apa?”

Para malaikat menjawab, “Dari neraka Mu.”

Allah bertanya, “Apakah mereka pernah melihat neraka?”

Para malaikat menjawab, “Belum pernah.”

Allah bertanya, “Bagaimana jika mereka pernah melihatnya?”

Para malaikat menjawab, “Mereka juga memohon ampun kepada Mu.”

Allah berfirman, “Aku telah mengampuni mereka, maka Aku akan memenuhi permohonan mereka dan akan menjauhkan mereka dari apa yang mereka mohon untuk diselamatkan.”

Para malaikat berkata, “Wahai Robbi, di dalam majlis itu ada si Fulan, seorang hamba yang banyak berdosa, ia hanya lewati kemudian ikut duduk bersama mereka.”

Allah berfirman, “Kepada Fulan pun Aku mengampuninya. Mereka semua adalah termasuk ahli zikir, di mana tidak ada seorang yang duduk di situ akan mendapatkan celaka.” (HR Bukhari Muslim)

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila berkumpul satu kaum dalam rumah-rumah Allah (masjid) untuk membaca Al Qur’an dan mempelajarinya, maka ketenangan pasti akan turun kepada mereka, rahmat Allah melingkupi mereka, malaikat-malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan makhluk yang ada di dekat-Nya (para malaikat).”(HR Muslim)



سأل عالم تلميذه: منذ متى صحبتني؟
فقال التلميذ: منذ 33 سنة...

فقال العالم: فماذا تعلمت مني في هذه الفترة؟!
قال التلميذ: ثماني مسائل...

قال العالم: إنا لله وإنا إليه راجعون ذهب عمري معك ولم تتعلم إلا ثماني
مسائل؟!
قال التلميذ: يا أستاذ لم أتعلم غيرها ولا أحب أن أكذب...

فقال الأستاذ: هات ما عندك لأسمع...

قال التلميذ :

الأولى:

أني نظرت إلى الخلق فرأيت كل واحد يحب محبوبا فإذا ذهب إلى القبر فارقه محبوبة فجعلت الحسنات محبوبي فإذا دخلت القبر دخلت معي.


الثانية :

أني نظرت إلى قول الله تعالى: " وأما من خاف مقام ربه ونهى النفس عن الهوى فإن الجنة هي المأوى" فأجهدت نفسي في دفع الهوى حتى استقرت علي طاعة الله


الثالثة :

أني نظرت إلى هذا الخلق فرأيت أن كل من معه شيء له قيمة حفظه حتى لا يضيع فنظرت إلى قول الله تعالى: " ما عندكم ينفذ وما عند الله باق " فكلما وقع في يدي شيء ذو قيمة وجهته لله ليحفظه عنده.


الرابعة :

أني نظرت إلى الخلق فرأيت كل يتباهى بماله أو حسبه أو نسبه ثم نظرت إلى قول الله تعالى: " إن أكرمكم عند الله أتقاكم " فعملت في التقوى حتى أكون عند الله كريما.


الخامسة :

أني نظرت في الخلق وهم يطعن بعضهم في بعض ويلعن بعضهم بعضا وأصل هذا كله الحسد ثم نظرت إلى قول الله عز وجل: " نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياة الدنيا " فتركت الحسد واجتنبت الناس وعلمت أن القسمة من عند الله فتركت الحسد عني


السادسة :

أني نظرت إلى الخلق يعادي بعضهم بعضا ويبغي بعضهم على بعض ويقاتل بعضهم بعضا ونظرت إلى قول الله عز وجل: إن الشيطان لكم عدو فاتخذوه عدوا " فتركت عداوة الخلق وتفرغت لعداوة الشيطان وحده.


السابعة :

أني نظرت إلى الخلق فرأيت كل واحد منهم يكابد نفسه ويذلها في طلب الرزق حتى أنه قد يدخل فيما لا يحل له ونظرت إلى قول الله عز وجل: " وما من دابة في الأرض إلا على الله رزقها " فعلمت أني واحد من هذه الدواب فاشتغلت بما لله علي وتركت ما لي عنده.


الثامنة :

]أني نظرت إلى الخلق فرأيت كل مخلوق منهم متوكل على مخلوق مثله، هذا على ماله وهذا على ضيعته وهذا على صحته وهذا على مركزه. ونظرت إلى قول الله تعالى: " ومن يتوكل على الله فهو حسبه " فتركت التوكل على الخلق واجتهدت في التوكل على الله.

اللهم أعصمنا بحفظك وثبتنا على أمرك

سأل بعض الناس الامام الشافعي عن ثمانية أشياء فقالوا له ما رأيك في:


واجب و أوجب

وعجيب و أعجب

وصعب و أصعب

وقريب و أقرب


فردعليهم بقوله

من واجب الناس أن يتوبوا ولكن ترك الذنوب أوجب

والدهر في صرفه عجيب وغفلة الناس عنه أعجب

والصبرفي النائبات صعب ولكن فوات الثواب أصعب

وكل ما ترتجي قريب والموت من دون ذلك أقرب

Ketika seorang ahli sejarah dan ulama besar Al-Imam Ibnu Al-Atsir rahimahullah akan menuliskan sejarah tentang kejadian Tartar, tiba-tiba hatinya seakan diremas-remas.. Dan ia tak mampu menuliskan satu kata pun. Sebuah sejarah yang begitu menyakitkan hati kaum muslimin, ketika Bangsa Tartar merobek kehormatan kaum muslimin, mereka merampas dan membunuh, sehingga darah-darah mengalir dan menggenang di jalan-jalan kota Baghdad. Lebih dari satu juta nyawa melayang..

Ketika Imam Ibnu Al-Atsir mengingat kejadian itu penanya menjadi bergetar, ia tertegun, tak mampu menuliskan kalimat apapun, lalu ia menulis :
يا ليت أمي لم تلدني !! يا ليتني مت قبل هذا وكنت نسيا منسيا
"Wahai sekiranya aku belum dilahirkan oleh ibuku.. Wahai sekiranya aku mati sebelum ini dan aku dilupakan selupa-lupanya".

Setelah kejadian itu, enam puluh tahun kemudian Allah menganugrahkan kepada kaum muslimin seorang panglima besar, cerdas dan sholeh ia adalah 'Pedang agama' Quthuz. Ia mampu mengalahkan pasukan Tartar pada peperangan yang sangat terkenal "Ainul Jalut". Sehingga seorang ahli sejarah mengatakan: "Sesungguhnya Al-Muzhoffar Quthuz telah mengalahkan pasukan mongol yang tak pernah terkalahkan sebelumnya, dan Tartar tak mapu lagi bangkit setelah itu".

Sesungguhnya agama islam ini adalah agama Allah, Dia yang mensyariatkan dan Dia juga yang akan menjaga agama ini, dan agama ini akan selalu menang dengan kita atau dengan selain kita.

Kenapa para pejuang dan juru dakwah bersedih hati? sedang mereka selalu bersama Allah dan Allah tak akan menyia-nyiakan perjuangan mereka?!

Ketika tentara salib menjajah Baitul Maqdis, mereka membunuh tujuh puluh ribu jiwa kaum muslimin di sana, sehingga darah-darah menggenang setinggi lutut kuda. Pasukan salib membakar rumah-rumah, orang-orang berjatuhan dari atas tempat tinggal mereka karena lari dari api yang berkobar, masjid mereka ganti menjadi gereja, mereka mengotori baitul maqdis dengan melepas anjing di dalamnya, tak hanya itu, mereka juga menggantungkan salib di atas dindingnya.

Setelah sembilan puluh tiga tahun kemudian datanglah seorang panglima agung Sholahuddin Al-Ayubi yang membebaskan kembali masjid Aqsho. Segala puji bagi Allah.. Sampai saat ini khutbah jum'at masih terdengar dari mimbarnya.

Allah menjanjikan bagi orang-orang beriman bahwa Allah akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Ia redhoi. Dan Dia benar-benar mengubah keadaan mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Sebagaimana firman-Nya dalam surat An-Nur ayat 55 :

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا

Berjuanglah selalu wahai sahabat..!!

Dari Ibnu Umar ra, Rosulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selagi nyawanya belum sampai di kerongkongan".

Hadist ini menunjukan bahwa Allah masih menerima taubat, selagi ruh seorang hamba masih berada di dalam jasad dan belum sampai di kerongkongan.

Al-Quran menjelaskan hal senada sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya bertaubat kepada Allah itu hanya pantas bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertaubat. Taubat mereka itulah yang diterima Allah. Alah maha mengetahui lagi Maha bijaksana. (An-Nisa : 17)

Imam Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan maksud dari kata "bi jahaalah" atau "karena kebodohan dan tidak mengerti" adalah :

1. Sesungguhnya siapa yang mengetahui Allah SWT dengan keagungan-Nya maka ia akan takut melakukan perbuatan dosa dan bermaksiat pada-Nya, karena merasakan adanya Allah di hatinya.

2. Sesunguhnya ketidaktahuan terhadap pengaruh dari kemaksiatan terhadap ketaatan kepada Allah akan membawa seseorang kepada tergesa-gesa untuk menikmatinya di dunia. Ia menyegerakan dosa dan menanti-nanti taubatnya. Seperti seorang yang lapar dan memakan makanan beracun, berharap akan menahan laparnya, namun bukan kenyang yang ia dapatkan melainkan kematian. Begitulah gambarannya, seorang yang ingin mendapatkan kesenangan, namun bukan kebahagiaan yang ia rasakan namun azab api neraka yang akan membakarnya.

Ibnu Abbas ra, menjelaskan maksud dari kalimat (Mereka bertaubat dengan segera) adalah: "Sebelum datang sakit dan kematian, ini mengisyaratkan bahwa taubat itu hendaklah disegerakan ketika dalam keadaan sehat, sehingga ia banyak dapat melakukan amal shalih. Kerena itulah Allah menyertakan taubat dengan amal shalih di dalam banyak ayat Al-Quran".

Karena taubat dalam kondisi sehat dan kuat itu ia lakukan pada sa'at ia juga mampu melakukan maksiat, sehingga ia tinggalkan kejahatan itu untuk bertaubat karena takut kepada Allah, mengharapkan ganjaran dari-Nya, mengedepankan ketaatan terhadap kemasiatan kepada-Nya.

Dalil tentang Firman Allah dan Hadist di atas :

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
(QS. An-Nisa:17)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِر
ْ
Hadist Riwayat Imam At-Tirmidzi no. 3880

Untuk mempermudah menyebarkan pengumuman kelulusan Mahasiswa Baru Universitas Islam Madinah Saudi Arabia tahun ajaran 1429-1430 H, antum dapat mendownload nama-nama tersebut versi pdf pada link berikut ini:

Versi Bahasa Arab: klik di sini

Versi Bahasa Indonesia: klik di sini

Untuk Pengumuman Tahun 1430-1431 H / 2009 -2010 silahkan masuk ke halaman utama blog atau klik link berikut (Versi Bahasa Indonesia:
http://jabal-uhud.blogspot.com/2009/08/pengumuman-kelulusan-mahasiswa_11.html

Pengumuman Versi Bahasa Arab:
http://jabal-uhud.blogspot.com/2009/08/pengumuman-kelulusan-mahasiswa.html


Zaman keemasan para sahabat dan tabi'in telah berlalu begitu jauh. Kejayaan islam yang dulu kita banggakan kini hanya kita dengar dan pelajari.
Kisah keteladan para generasi pertama banyak membuat kita terpukau.. Akan sebuah kejujuran, ketawadhuán, kesholihah, kedermawanan, kewaro'an, ketaatan bahkan kekuatan.. Mereka telah menjadi teladan dan panutan..

Kenapa mereka bisa seperti itu? sedangkan sumber kita tetap satu. Mereka mereguk kenikmatan iman dari sumber Al-Quran sehingga kepribadian mereka begitu indah. Mereka mempelajari dan membaca Al-Quran sehingga akhlak mereka begitu mulia.

Sumber kita sebenarnya sama walau hasil yang kita dapatkan berbeda.
Adakah yang salah dengan kita? Saat orang jujur susah didapatkan.. Saat semua orang mengejar kekuasaan.. Saat tak banyak lagi yang peduli dengan sesama.. Saat bertemu sesama hanya selalu menaruh saling curiga.. Saat ketaatan tak lagi menjadi keinginan.. Saat kekuatan islam tak lagi diperhitungkan..

Adakah yang salah? Kenapa generasi pertama bisa, sedangkan kita tidak? Padahal sumber kita sama?

Kegalauan ini pernah dijawab oleh seorang ulama yang harus mati di tiang gantungan karena mempertahankan prinsip aqidah yang ia pegang. Beliau mengungkapkan dalam sebuah bukunya yang kontemporer mengapa hal itu bisa terjadi.

Ada tiga sebab mengapa generasi sahabat berbeda dengan kita.

1. Generasi Pertama mereka hanya menjadikan Al-Quran sebagai sumber rujukan, yang mereka mereguk semua yang ada di dalamnya tanpa memilih dan memilah dan tanpa ada keraguan sedikitpun.

Sedangkan generasi saat ini menjadikan Al-Quran sebagai pelengkap dari buku-buku dan hasil Peradaban.

2. Generasi Pertama bukan membaca dan mempelajari Al-Quran untuk pengetahuan dan menambah wawasan, atau karena ingin menikmati bacaannya, atau hanya untuk mendapatkan kesejukan darinya. Tetapi mereka membaca dan mempelajari Al-Quran untuk diamalkan.

Karena Al-Quran diturun bukan sebagai kitab sastra, walaupun didalamnya dipenuhi sastra-sastra yang indah. Al-Quran juga diturunkan bukan sebagai kitab sejarah dan kisah walaupun didalamnya terdapat sejarah dan kisah-kisah umat terdahulu.

Sedangkan generasi saat ini mempelajari Al-Quran untuk menambah intelektualitasnya, mendengungkan bacaannya semata.

3. Sebab ketiga adalah: Saat generasi pertama masuk ke dalam islam, mereka meninggalkan segala kejahiliaan mereka secara totalitas dengan mengikuti islam sebagai aturan kehidupan baru mereka.

Sedang generasi saat ini ketika mengenal islam, masih tetap mengikuti kebiasaan jahiliyah mereka.

Untuk membaca lengkap buku aslinya, anda dapat mendownloadnya versi Bahasa Arab di sini , dan versi bahasa Indonesia di sini.

Cukuplah Bagiku

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan firman Allah :
حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
ia berkata: "Dari Buroidah, Rosulullah bersabda: "Barang siapa membaca kalimat ini 10 kali setiap selesai sholat ia akan mendapatkan bahwa Allah mencukupkan baginya lima hal di dunia dan lima hal di akherat".

Imam Al-Qurthubi melanjutkan: "Cukuplah Allah buat agamamku, cukuplah Allah buat duniaku, cukuplah Allah atas apa-apa yang menyedihkanku, cukup Allah saja atas siapa yang berlaku lalim padaku, cukuplah Allah atas siapa yang dengki kepadaku.

Cukuplah Allah ketika kematian datang kepadaku, cukuplah Allah ketika aku ditanya di dalam kuburku, cukuplah Allah ketika amalanku ditimbang, cukuplah Allah ketika aku melewati shirothol mustaqim, cukuplah Allah.. tiada Tuhan selain Dia kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya aku kembali".

(Dari Kitab :مسك الدعاء من كتاب الله و سنة المصطفى)

Gambar Proyek Perluasan Masjidil Haram Mekkah Al-Mukarromah




Gambar Proyek Perluasan Masjid Nabawi Madinah Al-Munawwaroh


Sebuah buku yang sangat menarik yang berjudul asli ALLAHS SONNE UBER DEM ABENDLEND UNSER ARABISCHES ERBE ditulis oleh seorang Orientalis Jerman dr. SIGRID HUNKE.

Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa arab dengan judul شمس العرب تسطع على الغرب berbicara tentang kejujujuran seorang orientalis akan kehebatan agama Islam, kejeniusan para Ilmuwan Islam, bahwa sesungguhnya orang Barat mereka belajar dari Islam dan berbagai hal yang penulis ungkap dalam bukunya. Sangat sayang kalau kita melewatkan membaca buku ini.

Untuk mendownload buku ini silahkan klik di sini


Saya ucapkan 'Selamat' kepada saudara-saudaraku yang diterima di Universitas Islam Madinah KSA. Selamat menunutut ilmu di Kota Rosulullah. Masjid Nabawi dan ramahnya masyarakat anshor telah menanti antum semua.



بيان أسماء المقبولين من طلاب المنح من دولة إندونيسيا
1. مولانا بن لاندا
2. اسماعيل مرغم
3. محمد أمين بن عبد المحيط
4. رمان الوافي رمضان صباحي
5. بيضاوي رازي محمد زيني
6. ديني إيراوان بن ساربيني
7. أحمد وحيودي
8. مهدي ذوالكفل
9. أرمين أكبر باهانان
10. شادام حسين
11. محمد نصف الليل بن سوتارنو
12. غسنو آل غني
13. ألم شاه مدويكرومو
14. عارف البحر علي زار
15. محمد إقبال اسماعيل
16. هاندونو إلياس سوسينو
17. أحمد غزالي إسماعيل
18. محمد مختار المخلصين
19. فرحان بن زمزمي الكمباري
20. احمد صلاح الدين
21. لالو ذولهم بن إيفيندي
22. سيف الدين جزا
23. بامبانج ساخوبالا
24. محمد صالح
25. محمد ريزا نوكراها
26. ذو الفقار شام
27. محمود باكاري
28. هروان لابا
29. لن لن تحفة النفس
30. فخري باشراحيل
31. زين بحميد بن أحمد بحميد
32. خاتمين مد صائم
33. محمد فرحان مولودي
34. رضى عبد الله
35. أمها حسن نصر الله
36. اندانج سوتيدي بن رشدي
37. رمضاني بن يتمين
38. فريد لطفي
39. إسماعيل بن فيلومينا
40. أبو بكر صدديق
41. إرشاد حسن
42. عبد الله فهمي ماجد
43. محمد أكرم عفيفي
44. زين الدين موداهام
45. رحمن حكيم
46. محمد زيني أنوار بن خير الأنوار
47. نورديانشاة نصر الين
48. رحمة فوزان أزهاري
49. اكسان دوي سنطاسوا
50. حيدر الرحمن بن الدكتور ندس الحاج محمد ر.ز


قال ابن القيم رحمه الله :
أربعة أشياء تُمرض الجسم
الكلام الكثير * النوم الكثير * والأكل الكثير *الجماع الكثير

وأربعة تهدم البدن
الهم * والحزن * والجوع * والسهر

وأربعة تيبّس الوجه وتذهب ماءه وبهجته
الكذب * والوقاحة * والكثرة السؤال عن غير علم * وكثرة الفجور

وأربعة تزيد في ماء الوجه وبهجته
التقوى * والوفاء * والكرم * والمروءة

وأربعة تجلب الرزق
قيام الليل * وكثرة الاستغفار بالأسحار * وتعاهد الصدقة * والذكر أول النهار وآخرة

وأربعة تمنع الرزق
نوم الصبحة * وقلة الصلاة * والكسل * والخيانة





هل تعلم أن أول من تمنى الموت ؟
يوسف عليه السلام

هل تعلم أن أول ما يرفع من أعمال هذه الأمة ؟
الصلوات الخمسة

هل تعلم أن أول صلاة صلاها رسول الله ؟
هي صلاة الظهر

هل تعلم أن أول من تنشق عنه الأرض يوم القيامة ؟
هو محمد صلى الله عليه وسلم

هل تعلم أن أول من يقرع باب الجنة ؟
هو محمد - صلى الله عليه وسلم



هل تعلم أن أول شافع وأول مشفع ؟
هو محمد صلى الله عليه وسلم

هل تعلم أن أول أمة تدخل الجنة ؟
هي أمة محمد صلى الله عليه وسلم

هل تعلم أن أول من أذن في السماء ؟
جبريل عليه السلام

هل تعلم أن أول من قدر الساعات الاثنى عشرة ؟
نوح عليه السلام في السفينة ليعرف مواقيت الصلاة

هل تعلم أن أول من ركب الخيل ؟
هو إسماعيل عليه السلام

هل تعلم أن أول من سمى الجمعة الجمعة ؟
كعب بن لؤي

هل تعلم أن أول من قال سبحان ربي الأعلى ؟
هو إسرافيل عليه السلام

هل تعلم أن أول ما نزل من القرآن الكريم ؟
اقرأ باسم ربك الذي خلق
هل تعلم أن أول من خط بالقلم ؟
هو إدريس عليه السلام

هل تعلم أن آخر ما نزل من القرآن الكريم ؟
واتقوا يوماً ترجعون فيه إلى الله

هل تعلم أن أول ما نزل من التوراة ؟
بسم الله الرحمن الرحيم

هل تعلم أن أول من جاهد في سبيل الله ؟
إدريس عليه السلام

هل تعلم أن أعظم آية في القرآن الكريم ؟
آية الكرسي

;;