Sebab dikabulkan Doa

Ada beberapa sebab dikabulkan doa sebagaimana disampaikan oleh Rosulullah dalam hadist-hadistnya.

1. Yakin akan dikabulkan.
Rosulullah bersabda: "Berdoalah pada Allah sedangkan kalian yakin akan dikabulkan".

2. Khusyu' dan menghadirkan hati dalam berdoa.
Rosulullah bersabda: "Ketahuilah Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai".


3. Tidak tergesa-gesa.
Rosulullah bersanda: "Akan dikabulkan doa salah seorang di antara kalian jika mereka tidak tergesa-gesa dan berkata, aku telah berdao namun belum dikabulkan".

4. Memakan harta yang halal.
Rosulullah bersabda: "Seseorang yang mengangkat kedua belah tangannya ke langit: "Ya Rabb, Ya Rabb.. sedangkan makannya dari yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, bagaimana mungkin dikabulkan".

Hadits poin 1 dan 2 (Hadis Tirmizdi no. 3816):
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْجُمَحِىُّ - وَهُوَ رَجُلٌ صَالِحٌ حَدَّثَنَا صَالِحٌ الْمُرِّىُّ عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

Hadits poin 3 (Hadits Bukhori no. 6340 dan Muslim no. 90):
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِى عُبَيْدٍ مَوْلَى ابْنِ أَزْهَرَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى

Hadits poin 4 (Hadits Muslim no. 1015 dan Tirmidzi no. 3257):
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم
: أيها الناس إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا وإن الله أمر المؤمنين بما أمر به المرسلين فقال { يا أيها الرسل كلوا من الطيبات واعملوا صالحا إني بما تعملون عليم } [ 23 / المؤمنون / الآية 51 ] وقال { يا أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم } [ 2 / البقرة / الآية 172 ] ثم ذكر الرجل يطيل السفر أشعث أغبر يمد يديه إلى السماء يا رب يا رب ومطعمة حرام ومشربه حرام وملبسه حرام وغذي بالحرام فأنى يستجاب لذلك



قبل أن تؤدي الصلاة هل فكرت يوماً ..
وأنت تسمع الأذان ..
بأن جبار السموات والأرض يدعوك للقائه في 'الصلاة'
وأنت تتوضأ ..
بأنك تستعد لمقابله ملك الملوك
وأنت تتجه إلى المسجد ..
بأنك تجيب دعوة العظيم ذي العرش المجيد
وأنت تكبر تكبيرة الإحرام ..
بأنك ستدخل في مناجاة ربك السميع العليم


وأنت تقرأ سورة الفاتحة في الصلاة ..
بأنك في حوار خاص بينك وبين خالقك ذو القوه المتين
وأنت تؤدي حركات الصلاة ..
بأن هناك الإعداد التي لا يعلمها إلا الله من الملائكةراكعون
وآخرون ساجدون منذ ألاف السنين حتى أطَت السماء بهم
وأنت تسجد ..
بأن أعظم وأجمل مكان يكون فيه الإنسان هو أن يكون قريباً من ربه
الواحد الأحد
وأنت تسلم في آخر الصلاة ..
بأنك تحترق شوقاً للقائك القادم مع الرحمن الرحيم




الشوق إلى الله ولقائه
نسيم يهب على القلب ليذهب وهج الدنيا

المستأنس بالله
جنته في صدره
وبستانه في قلبه
ونزهته في رضى ربه

أرق القلوب ... قلب يخشع لله
وأعذب الكلام ... ذكر الله
وأطهر حب ... الحب في الله

ومن وطن قلبه عند ربه
سكن واستراح

ومن أرسله في الناس
أضطرب وأشتد به الغضب

وإذا أحسست بضيق وحزن , ردد دائماً
لا إله إلا أنت سبحانك أني كنت من الظالمين
هي طب القلوب
نورها سر الغيوب
ذكرها يمحي الذنوب

اللهم حرم وجه من قرأ هذا الموضوع على النــار بغير حساب
آميـــــــــن


Pada tanggal 28 juli yang lalu, saya menemani rombongan jamaah umroh khadim wisata ziarah di kota Mekah, diantaranya ke Jabal Rahmah di Arafah.

Biasanya ketika turun dari bus orang-orang arab badui dengan onta mereka langsung menghampiri para jamaah untuk berkeliling di sekitar Jabal Rahmah atau sekedar berpose dengan onta. Mereka menawarkan sambil memasangkan 'simagh' (sorban) di kepala jamaah laki-laki, sambil mengatakan, "Lima riyal-lima riyal". Maklum mereka sudah fasih berbahasa Indonesia.

Onta-onta tersebut begitu patuh dengan tuan-tuan mereka. Saya jadi ingat dengan sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam kitab Sunannya, Hadist nomor 2551.

Disana disebutkan Rosulullah menghapus airmata seokor onta yang sedang menangis, lalu Rosulullah bertanya: "Siapa pemilik onta ini?"

Maka datanglah seorang pemuda anshor lalu berkata: Ïni onta saya wahai Rosulullah". Lalu Rosulullah bersabda: "Tidakkkah engkau takut kepada Allah atas perlakuanmu terhadap hewan ini yang telah Allah karuniakan kepadamu? Sesungguhnya ia mengadu kepadaku bahwa engkau telah membiarkannya lapar dan menyakitinya".

Subhanallah.. Jangankan manusia ya.. Onta saja yang sudah dipekerjakan dan dibiarkan lapar bisa menangis.. Bagaimana dengan nasib-nasib karyawan-karyawan yang gaji mereka tidak dibayar oleh perusahaan mereka sehingga anak istri mereka kelaparan dan menangis.. Tidakkah mereka takut dengan Allah..?

Berikut bunyi hadistnya:

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا مَهْدِىٌّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِى يَعْقُوبَ عَنِ الْحَسَنِ بْنِ سَعْدٍ مَوْلَى الْحَسَنِ بْنِ عَلِىٍّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ : أَرْدَفَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَلْفَهُ ذَاتَ يَوْمٍ فَأَسَرَّ إِلَىَّ حَدِيثًا لاَ أُحَدِّثُ بِهِ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ وَكَانَ أَحَبُّ مَا اسْتَتَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِحَاجَتِهِ هَدَفًا أَوْ حَائِشَ نَخْلٍ. قَالَ : فَدَخَلَ حَائِطًا لِرَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ فَإِذَا جَمَلٌ فَلَمَّا رَأَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- حَنَّ وَذَرَفَتْ عَيْنَاهُ فَأَتَاهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَمَسَحَ ذِفْرَاهُ فَسَكَتَ فَقَالَ : « مَنْ رَبُّ هَذَا الْجَمَلِ لِمَنْ هَذَا الْجَمَلُ ». فَجَاءَ فَتًى مِنَ الأَنْصَارِ فَقَالَ : لِى يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ : « أَفَلاَ تَتَّقِى اللَّهَ فِى هَذِهِ الْبَهِيمَةِ الَّتِى مَلَّكَكَ اللَّهُ إِيَّاهَا فَإِنَّهُ شَكَى إِلَىَّ أَنَّكَ تُجِيعُهُ وَتُدْئِبُهُ ».

“Maka apakah mereka tidak mentadaburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Pertanyaan yang layak untuk menjadi renungan kita sebagai hamba beriman. Membaca Al-Quran kemudian mentadaburinya akan semakin membukakan hati untuk dapat merasakan keagungan Allah SWT. Sehingga akan muncullah rasa khusyu’ di dada bahkan airmata akan mengalir bersama setiap lantunan ayat yang dibaca. Sebuah cerita yang dapat kita ambil ibrohnya, tentang bagaimana Imam Ahmad bin Hanbal mengajari muridnya mentadaburi Al-Quran.

Suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal mendengar bahwa salah seorang muridnya selalu melaksanakan sholat Qiyamullail setiap malam dan menghatamkan Al-Quran sampai sholat fajar.

Maka Imam Ahmad ingin mengajarkan kepada muridnya tersebut bagaimana cara mentadaburi Al-Quran agar dapat memberikan pengaruh yang luar biasa dalam bacaan dan sholatnya. Lalu ia mendatang muridnya dan berkata: "Aku mendengar bahwa engkau sholat malam dan menghatamkan Quran semalaman".

Muridnya menjawab: "Ya, benar wahai Imam."

Lalu Imam Ahmad melanjutkan: "Lakukanlah lagi pada malam ini, tapi bacalah Al-Quran sebagaimana engkau membacanya di hadapanku, atau sebagaimana aku mengawasi dan mendengarkan bacaanmu, lalu kabarkanlah padaku esok hari"!.

Maka keesokan harinya datanglah ia menemui Imam Ahmad. Imam Ahmad kemudian bertanya: “Bagaimana bacaan Al-Quranmu semalam?

Sang murid menjawab: "Aku hanya membacanya 1o juz".

Kemudian Imam Ahmad berkata: "Jika begitu, lakukanlah lagi, tetapi bacalah Al-Quran sebagaimana engkau membacanya di hadapan Rosulullah"!.

Keesokan harinya ia datang menemui Imam Ahmad sambil berkata: "Tidaklah aku membaca Al-Quran seluruhnya kecuali hanya mampu membaca juz amma".

Imam Ahmad kembali berkata: "Lakukanlah lagi hari ini, tetapi bacalah Al-Quran seakan-akan engkau membacanya di hadapan Allah..!" Muridnya terkejut mendengar itu lalu ia pergi.

Keesokan harinya ia datang kepada Imam Ahmad dengan menangis.

Imam Ahmad bertanya: "Bagaimana engkau lakukan wahai murid"?.

Dengan air mata bercucuran muridnya menjawab: "Tidaklah aku dapat menyempurnakaan bacaanku kecuali hanyalah surat Al-Fatihah selama semalaman".

Lalu bagaimana kita membaca Al-Quran? Apakah hanya sekedar membacanya? ataukah ada upaya untuk menghadirkan hati seakan-akan bacaan kita diperhatikan oleh Allah..! Mudah-mudahan Allah memberi kekhusyukan untuk dapat mentadaburi Al-Quran..
Waalhu ‘alam bishowab

Zulhamdi M. Saad



Pak Saifullah Tamliha, Aditya M Arifin, Ibu Hayatun Fardah dan Adistya Dewi


Ibu Hayatun Fardah, Adistya Dewi dan Aditya Mufti selesai thawaf.


Aditya Mufti Arifin dan Zulhamdi di depan Masjidil Haram


Pak Syaifullah Tamliha (Sekpri Gubernur Banjarmasin) dan Zulhamdi


Suasana thawaf ketika umroh. Alhamdulillah lumayan sepi.


Mbak Adistya Dewi di Depan Masjid terapung Jedah

Keluarga Gubernur Banjarmasin di kawasan Lait Merah Jedah

Makam Syuhada

Disanalah 70 syuhada di makamkan.. mereka tak pernah mati.. Bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapat kenikmatan..

Kisah Peperangan Uhud memberikan banyak pelajaran dalam perjuangan.. Akankah kita dapat mengambil ibroh dari kisah peperangan ini..?

;;